Minggu, 27 Mei 2012

METODE PEMBELAJARAN DEBAT



Keterampilan berbahasa ada empat yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan tersebut saling berhubungan sehingga menjadi catur tunggal. Berbicara merupakan proses berpikir dan bernalar agar pembicaraan seseorang dapat diterima dan dipahami dengan baik oleh orang lain atau penyimak. Keterampilan berbicara mempunyai kaitan erat keterampilan mrenyimak. Keduanya merupakan satu kesatuan yang padu. Seseorang dapat berbicara dalam arti menanggapi tuturan dari orang lain tentu melalui menyimak dan sebalikanya seseorang dapat melakukan kegiatan menyimak apabila ada orang yang berbicara.
Keterampilan berbicara sangat berperan dalam kehidupan manusia di lingkungan sekolah, kerja, pergaulan, dan bermasyarakat. Peran penting penguasaan keterampilan berbicara sangat tampak di semua lingkungan . hampir dapat dipastikan setiap orang yang sukses pasti memiliki kemampuan berbicara yang baik. Hal itu terjadi karena memang berbicara merupakan hal yang sangat penting dalam pencapaian cita-cita. Seorang presiden pastilah orang yang pandai dalam berbicara, seorang pemuka agama pastilah juga mempunyai kemampuan berbicara yang baik, seorang guru pun dituntut untuk dapat berbicara dengan baik agar siswa dapat menerima pelajaran dengan baik.
Kesulitan yang dialami siswa dalam berbicara dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor pada diri siswa yaitu pemahaman siswa masih kurang terhadap keterampilan berbicara, dan sikap siswa yang meremehkan kegiatan berbicara. Selain itu, faktor guru juga sangat berpengaruh khususnya dalam proses pembelajaran. Melihat pentingnya kemampuan berbicara dalam kehidupan sehari-hari tentulah dalam membelajarkan kemampuan berbahasa aspek berbicara diperlukan metode dan atau model pembelajaran yang bervariasi. Kevariasian ini dilakukan untuk menemukan model yang paling cocok doterapkan pada siswa tertentu dan dalam kondisi tertentu pula. Salah satu model pembelajaran yang mungkin dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak adalah model pembelajaran debat.
Model pembelajaran debat merupakan model pembelajaran berbicara yang tidak hanya monoton satu arah. Model pembelajaran debat mengarahkan siswa untuk berbicara dengan beradu argumen dari dua kelompok yang telah diatur untuk selalu beda pendapat, kelompok pertama diminta untuk selalu setuju ( kelompok pro ) terhadap masalah yang diberikan sedangkan kelompok yang kedua diminta untuk selalu tidak setuju ( kelompok kontra ) terhadap masalah yang diberikan. Dalam pelaksanaanya dua kelompok tersebut akan mempertahankan pendapatnya sesuai apa yang telah di setting.
Lebih jelasnya pembelajaran model Debat dilakukan dengan pemberian materi berupa masalah yang sedang hangat dibicarakan saat itu. Pertama-tama masalah yang akan diperdebatkan dibacakan dengan pemberian beberapa ilustrasi yang sudah terjadi, kemudian siswa yang telah dibagi menjadi dua kelompok diminta untuk memberi tanggapan, pertama kelompok kontra diberi kesempatan untuk menolak atau tidak setuju dengan ilustrasi yang diberikan dengan memberikan alasan-alasan yang logis dari berbagai sudut pandang. Setelah itu kelompok pro diminta untuk menyanggah apa yang telah disampaikan oleh kelompok kontra juga dengan pemberian alasan-alasan yang logis. Proses debat tersebut dilakukan secara terus menerus sehingga siswa benar-benar berfikir semaksimal mungkin kemudian mengungkapkanya di depan forum. Untuk menghindari kebosanan kedua kelompok diadakan pertukaran posisi dan permasalahan yang berbeda-beda, yaitu kelompok pro berubah menjadi kelompok kontra dan begitu juga sebaliknya.
Dalam pelaksanaan model pembelajaran debat ini sangat diperlukan seorang pembimbing untuk mengendalikan keadaan kelas, karena apabila sudah terjadi perdebatan setiap kelompok tidak ada yang mau mengalah dan semakin lama perdebatan akan semakin memanas sehingga kehadiran seorang pembimbing sangat diperlukan. Siswa dilatih mengutarakan pendapat/pemikirannya dan bagaimana mempertahankan pendapatnya dengan alasan-alasan  yang logis dan dapat dipertanggungjawabkan. Bukan berarti siswa diajak saling bermusuhan, melainkan siswa belajar bagaimana menghargai adanya perbedaan.Yang diharuskan bagi para peserta debat adalah tidak diperkenankan menggunakan kata-kata yang kasar atau tidak baik agar siswa terlatih untuk berbicara dengan baik dan teratur.
Langkah-Langkah Pembelajaran
Langkah-langkah penerapan pembelajaran model ini yaitu pertama-tama siswa diberi tahu tentang aturan main dari model debat ini. Siswa dibagi dalam dua kelompok besar, yang terdiri dari kelompok pro dan kontra. Setelah kelompok dibagi, guru menjelaskan tentang kompetensi dasar yang akan dipelajari. Proses pembelajaranya dimulai dengan pemberian masalah berupa informasi kontroversial yang sedang hangat dibicarakan dengan memberikan ilustrasi terhadap masalah tersebut kemudian salah satu kelompok diberi kesempatan memberi tanggapan terhadap ilustrasi tersebut, setelah itu kelompok yang satunya diberi kesempatan untuk menyanggah pendapat dari kelompok yang satunya. Kegitan tersebut di ulang terus secara bergantian dan peran kelompok juga dirubah dari yang semula kelompok pro menjadi kelompok kontra dan sebaliknya juga.
Langkah-langkah pembelajaran yang dapat ditempuh dalam model pembelajaran ini misalnya sbb:
1. Pembacaan informasi/masalah yang akan diperdebatkan.
2. Menyuruh kelompok kontra untuk menanggapi informasi tersebut, tentunya dalam bentuk sanggahan.
3. Menyuruh kelompok pro untuk menanggapi pernyataan dari kelompok kontra.
4. Kelompok kontra kembali menyanggah untuk mempertahankan pendapat mereka, dan        kelompok pro pun mempertahankan pendapat mereka dengan berbagai argumen yang dimiliki.
5. Setelah dirasa cukup, kelompok diadakan pergantian yaitu kelompok pro diubah menjadi kelompok kontra, dan sebaliknya.
6. Pembacaan masalah lain yang harus ditanggapi oleh tiap kelompok dan seterusnya.
7. Setelah kegiatan debat selesai siswa diminta menanggapi dan mengevaluasi cara penyampaian pendapat yang diberikan oleh siswa dalam kegiatan debat tersebut.
8. Guru yang bertindak sebagai pembimbing di sini juga memberikan evaluasi terhadap kegiatan dan cara mengemukan pendapat siswa dalam kegiatan debat.
Dalam pembelajaran berbicara dengan model debat akan lebih menarik apabila pembimbing dapat menguasai emosi peserta. Dengan pembimbing mengguasai emosi peserta dia akan mudah membuat debat tersebut menjadi sangat menarik, menyenangkan, dan ramai. Selain itu dia juga dapat dengan mudah merangsang siswa untuk berpikir kritis dan spontan yang kemudian ditindaklanjuti dengan pengungkapan secara lisan yang secara langsung merangsang kemampuan berbicara anak. Dengan sering diadakanya kegiatan ini siswa akan menjadi terbiasa untuk berbicara secara terstuktur dan terkonsep dengan baik.
Keunggulan dari metode debat ini Siswa akan terlatih dan terbisa mengutarakan pendapat/pemikirannya dan mempertahankan pendapatnya dengan alasan-alasan  yang logis dan dapat dipertanggungjawabkan.
Kelemahan dari metode debat tersebut peserta/mahasiswa akan terpancing emosi dan Kesulitan pokok yang dihadapi siswa dalam berbicara adalah menghubungkan berbagai ide yang dimiliki untuk membangun suatu pemahaman dan penyampaian yang baik dan menarik.

Minggu, 13 Mei 2012

GURU BAIK DAN HEBAT


  1.         a). - Ketika mengajar dapat menyampaikan materi secara baik dan benar tanpa membuat muridnya merasa jenuh, pusing, tak mengerti, atau takut. Tetap ramah ketika bertemu dengan muridnya walaupun tidak sedang berada di sekolah. Baik kepada muridnya namun tetap tegas bila ada yang berbuat kesalahan.
-   Seorang guru yang baik dapat tampil sebagai sosok yang mampu membuat siswa berpikir dengan memberikan berbagai pertanyaan yang jawabnya tidak sekedar terkait dengan fakta yang memerlukan jawaban secara kreatif dan imajinatif.
b). - Terhadap murid guru harus mempunyai empati dan komitmen dalam menghargai orang lain dalam mengejar hasil dari segi afektif dan juga kognitif.
-   Guru sentiasa berusaha meningkatkan kualitas hasil pengajaran dan pembelajaran.
Berupaya membentuk perwatakan murid dengan berbagai keteguhan nilai diri (bermoral, berakhlak mulia, berketrampilanm, pandai menyesuaikan diri dengan situasi tertentu).
-   Guru yang hebat itu, bukan sekadar bekerja sebagai orang yang memberi tahu, tapi dia juga membantu  membentuk kepribadian muridnya. Dia menjadi teladan, bukan hanya membuat murid mengerti apa yang diajarkan, tapi memacu murid menjadi untuk lebih baik.
2. Sebenarnya saya sendiri bingung jika harus diwajibkan untuk memilih antara guru yang baik dan guru yang hebat karena menurut saya guru yang baik ataupun guru yang hebat itu sama-sama merupakan contoh /ciri guru yang memberikan hal-hal positif yang dapat ditiru bagi murid/siswa dan maupun bagi orang-orang sekeliling.Tetapi jika misalnya diharuskan memilih, mungkin saya akan memilih guru yang hebat. Alasannya, Saya ingin Berupaya membina pelajar yang cemerlang dalam akademik, ingin melahirkan ‘sekolahan berwatak’ supaya pelajar mempunyai kekuatan ilmu dan berpersonaliti, juga saya ingin sekali menjadi guru hebat dengan kreatif,inspiratif dan inovatif yang mampu mengelola kelas nyaman dengan penuh kreasi.
3. Profil guru yang ideal di era globalisasi ini, guru harus selalu berusaha mewujudkan dirinya sesuai dengan standar ideal. guru akan mengidentifikasi dirinya kepada figur yang dipandang memiliki standar ideal. Selain itu, harus berusaha meningkatkan dan memelihara citra profesi. Profesionalisme yang tinggi dari seorang harus ditunjukkan dengan besarnya keinginan untuk selalu meningkatkan dan memelihara citra profesi melalui perwujudkan perilaku profesional. Perwujudan dilakukan melalui berbagai cara seperti penampilan, cara bicara, penggunaan bahasa, postur, sikap hidup sehari-hari, hubungan antar pribadi dan sebagainya. Gurupun harus memiliki keinginan untuk senantiasa mengejar kesempatan pengembangan profesi yang akan dapat meningkatkan dan memperbaiki kualitas pengetahuan dan ketrampilannya. Guru tersebut juga harus selalu aktif dalam seluruh kegiatan dan perilakunya untuk menghasilkan kualitas yang ideal, dan harus selalu mencari secara aktif memperbaiki diri untuk memperoleh hal-hal yang lebih baik dalam melaksanakan tugasnya.
4. Ada.
          Banyak manfaat yang saya ambil yaitu peningkatan profesionalisme guru dalam rangka mengangkat derajat dan mutu pendidikan di Indonesia di masa sekarang dan dimasa yang akan datang, menjadi tuntutan yang tidak bisa ditawar. Mengingat guru adalah yang terpenting dalam penyelenggaraan pendidikan itu sendiri. Betapapun baiknya kurikulum yang digunakan atau betapapun lengkapnya sarana pra sarana belajar yang dimiliki, tidak akan memberi arti apa-apa bila tidak ditunjang oleh guru yang profesional. upaya perbaikan taraf hidup guru sebagai daya dorong bagi saya yang insya allah calon guru untuk dapat lebih berkonsentrasi dalam mengajar dan mendidik. Dan bukan hanya sekedar mencari nafkah ataupun tuntutan profesi tetapi dengan guru yang profesional, mengharapkan  anak didik yang tidak saja cerdas dan trampil, tetapi juga berbudi pekerti luhur serta bertaqwa.

Selasa, 08 Mei 2012

Bangkitnya Generasi Emas Indonesia

Tema "Bangkitnya Generasi Emas Indonesia" menjadi sebuah tema yang penuh makna bagi kita semua dan seluruh insan di dunia pendidikan sebagai upaya mengembangkan dunia pendidikan. Hal ini sekaligus sebagai pemicu motivasi kepada generasi penerus bangsa tentang akan pentingnya pendidikan bagi suatu bangsa. Dengan adanya peningkatan pendidikan, akan mengurangi dampaknya kebodohan dan kemiskinan.
Generasi masa depan pula harus dipersiapkan sejak dini. Pendidikan harus terus berusaha membangun generasi bangsa yang handal secara intelektual dan siap menghadapi tantangan pada zamannya. Pendidikan harus mampu melahirkan generasi bangsa yang memiliki jiwa, hati nurani, dan pikiran untuk membangun negerinya. Pendidikan di negeri ini harus menjadi kesadaran bersama.
Orangtua juga memiliki peran penting dalam mendukung dan memotivasi keberhasilan belajar anak. Tidak  bisa hanya menuntut anak berprestasi, tanpa memberikan dukungan yang bisa memotivasi anak, terutama saat belajar. Mungkin orang tuapun bisa melakukan beberapa langkah untuk kemajuan anak :
  • Selalu berbicara secara terbuka dengan anak, jangan membuat jarak. Buatlah mereka merasa nyaman untuk berbagi masalah dengan orang tua. Jangan terlalu menyalahkan anak jika mereka memiliki kekurangan dalam belajar. Lebih baik menumbuhkan sang anak agar dapat lebih percaya diri.
  • Bicaralah dengan anak dan coba membuat mereka sadar akan pentingnya belajar.
  • Izinkan anak juga untuk tetap memiliki waktu bermain, menonton TV, serta mengizinkan mereka mengikuti kegiatan belajar di luar lingkup sekolah. Ini akan menumbuhkan perkembangan kepribadian anak.
Sebenarnya mendidik anak bukan berarti mengajarkan kepada mereka sekumpulan ilmu pengetahuan semata. Lebih penting, mendidik berarti mengajarkan kepada anak sejak dini, kemampuan agar siap dan mampu menghadapi tantangan dunia masa depan yang akan datang nantinya.

Sabtu, 17 Maret 2012

Pandangan mahasiswa tentang kewajiban menulis karya ilmiah sebagai syarat kelulusan

Datangnya SURAT Edaran (SE) Dirjen Dikti Nomor 152/ E/ T/ 2012 perihal kewajiban bagi mahasiswa S-1, S-2, dan S-3 yang ingin lulus harus memublikasikan karya ilmiah di jurnal seperti menghadirkan mimpi buruk bagi sebagian para mahasiswa. Saya sendiri sangat tidak setuju dengan adanya menulis karya ilmiah wajib sebagai syarat kelulusan. Menentukan judul skripsi, tesis, atau disertasi saja sulit apalagi jika wajib menulis artikel di jurnal sebagai syarat kelulusan.
Saya membaca artikelnya Teuku Zulkhairi yang berkata “Saya yakin jika kebijakan tersebut diterapkan, maka akan bisa meminimalisir terjadinya praktek plagiasi di dunia kampus. Saya kira untuk maju memang harus sedikit dipaksa. Ketika seseorang telah berada dalam situasi terjepit dan terpaksa, maka ia akan mengeluarkan potensi dahsyatnya sehingga ia bisa menuntaskan tugas tersebut dengan baik. Kebijakan publikasi karya ilmiah ini jika diterapkan saat ini, meskipun akan menemui kekurangan dan tantangan disana-sini namun pasti akan memberikan pengaruh besar dimasa yang akan datang”.
Kadang saya prihatin dan sangat menyayangkan, melihat kebijakan-kebijakan yang memaksa seperti ini. Apakah DIKTI sudah melihat kondisi saudara-saudara kita di daerah untuk penerapan kebijakan ini? Jangankan fasilitas internet, fasilitas komputer di kampus saja mungkin tidak ada. Lalu ketika terjadi kebijakan yang memaksa seperti ini, pertanyaannya adalah dimana jaminan konstitusional semua warga negara untuk mendapatkan pendidikan?
Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.
Apa hanya karena tidak dapat menulis di jurnal kemudian seseorang tidak boleh menyandang gelar akademiknya? Bukankah syarat tugas akhir-lah yang menentukan? Jika alasannya adalah karena ada plagiarisme skripsi, maka mengapa harus menggunakan jurnal ilmiah? Jika jurnalpun merupakan kewajiban (yang dipaksa), bukankah nanti bisa memunculkan joki-joki artikel jurnal? dan mari kita bayangkan, seperti apa jurnal yang akan muncul dari sebuah keterpaksaan menulis.
Saya juga membaca di Harian Sumut Pos seorang Rektor USU, Syahril Pasaribu berkata “Setiap tahun ada sekitar 6.000 mahasiswa yang tamat S1, jika semua membuat karya ilmiah belum tentu ada jurnal ataupun media yang siap memuat karya ilmiah para mahasiswa ini.Untuk itu, lanjutnya, perlu ada media yang disiapkan Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) untuk menyiapkan  jurnal ataupun media untuk menampung hasil karya mahasiswa.Jika jurnalnya sudah tersedia, mungkin tidak ada masalah kita wajibkan kepada mahasiswa untuk membuat karya ilmiah sebagai prasyarat kelulusan,ungkapnya”.
menurut saya pendidikan di Indonesia merupakan sebuah pemaksaan. setiap orang itu mempunyai bakat yang berbeda-beda, Tidak semua orang sangat menikmati dan menggemari menulis karya tulis ilmiah. Ada yang lebih berminat pada bidang lain, seperti arsitektur yang mendesain, mahasiswa teknik yang lebih berminat merakit komputer,  jurusan seni yang membuat karya seni dibandingkan menulis. Apa harus disamakan? Mungkin lebih baik penulisan jurnal disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing perguruan tinggi. Jika diwajibkan, nantinya dikhawatirkan akan terjadi penumpukan karya-ilmiah.
Jika edaran Dikti tersebut diberlakukan wajib menulis karya ilmiah sebagai syarat kelulusan, peluang terjadinya penjiplakan cukup besar, karena setiap mahasiswa berkeinginan studinya harus selesai, dan tidak semua mahasiswa memiliki kemampuan menulis secara baik dan benar. Yang memiliki kemampuan menulis pun terkadang mengambil jalan pintas dengan melakukan penjiplakan karya orang lain, karena mereka berorientasi pada hasil bukan proses. Jika penulisan jurnal ilmiah dijadikan sebagai syarat kelulusan, maka dikhawatirkan akan  munculnya jurnal yang sekedar tulis saja.

Daftar pustaka :
http://www.hariansumutpos.com
http://www.analisadaily.com
http://aceh.tribunnews.com

Selasa, 06 Maret 2012

PENGAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEDIVISIONVMENT (STAD)

PENGAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEDIVISIONVMENT (STAD) BAGI PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS
Guru selayaknya mampu mengolah ketiga hal tersebut dengan aspek lainnya dalam proses belajar mengajar (materi, sarana, waktu, dsb). Sehingga menjelma menjadi proses belajar mengajar yang dinamis dan inovativ. Kedudukan dan fungsi guru dalam kegiatan belajar dan mengajar saat ini masih sangat dominan. Salah satu kelemahaan yang nyata di lapangan adalah kurang fariatifnya guru dalam menyajikan materi pelajaran karena tertodong untuk mengajar pencapaian target yang telah di tentukan.
Guru bahasa indonesia memikul tanggung jawab,yaitu menciptapkan siswa yang terampil bahasa dan mampu menggunakan bahsa sebagai alat komunikasi. Sebagai acuan proses pembelajaran bahasa indonesia yang secara ideal harus mencetak lulusan yang terampil bahasa, orientasi akhir dariproses pembelajaran bahas (kurikulum 2006) mengarah pada penguasaan empat keterampilan bahasa, yaitu (1) Mendengarkan, (2) Berbicara, (3) Membaca, (4) Menulis.
Salah satu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan proses pembelajaran menulis adalah model mengajar kooperatif Tipe Student Team Achievment Division (STAD). Model ini merupakan cabang dari model pembelajaran kooperatif yang berusaha memberdayakan interaksi antar siswa dalam dinamika kelompok.
Killen (1998 : 82) menyatakan pembelajaran kooperatif merupakan suatu teknik pengajaran dan satu filsafat pembelajaran yang mendorong siswa-siswanya untuk bekerja sama dan untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar dengan temannya. Terdapat dua langkah yang harus disiapkan untuk terwujudnya belajar kooperatif. Pertama perlu adanya motivasi peserta belajar (learning process) yang bercirikan kooperatif.
Joyce & Weil (2000:9) mengelompokan model mengajar menjadi 4 rumpun, yaitu (1) Information-Processing Models (Model pemrosesan informasi ), (2) Personal Models (Model pribadi), (3) Social Interaction Models (model interaksi sosial), (4) Behavioral Models (model prilaku). Information-Processing Model, yaitu model mengajar yang menjelaskan bagaimana cara individu memberi respons yang datang dari lingkungannya, dengan cara mengorganisasikan data, mempormulasikan masalah, membangun konsep, dan rencana pemesahan masalah serta penggunaan simbol-simbol verbal dan non verbal.Personal Models, berorientasi kepada perkembangan diri individu. Social interaction Models, mengutamakan hubungan individu dengan masyarakat atau orang lain, dan memusatkan perhatiannya kepada proses realita yang ada dan dipandang sebagai negosiasi sosial. Behavioral Models, dibangun atas dasar teori yang umum, yitu kerangka teori perilaku.
Lahirnya berbagai metode dalam pembelajaran bahasa tidak lepas dari perkembangan  kedua teori psikologi tersebut, terutama setelah redupnya metode Tata Bahasa Terjemahan (Grammar Translation method ) atau disebut juga metode tradisional. Berikut adalah penjelasan  mengenai kedua teori tersebut dan implementasinya dalam pembelajaran menulis.
1.    Teori Behavioristik
Prinsip behavioristik relatif sederhana, yakni suatu pandangan mengenai perilaku belajar yang kuncinya adalah peniruan model. Titik sentral kegiatannya terletak terletak pada proses penyempurnaan pelatihan untuk membentuk kebiasaan. Menurut para behavioristik, suatu kebiasaan terbentuk apabila suatu jawaban pada rangsangan secara konsisten diberikan hadiah. Jadi urutannya yaitu stimulus, respon, reinforsement, yang dalam psikologi behaviorisme disebut pembiasaan yang membuahkan hasil (operant conditioning).
2.    Teori Kognitif
Teori ini menegaskan bahwa setiap anak memiliki peranan yang aktif dalam belajar. Dalam pelaksanaan perannya itu, anak terlibat dengan kegiatan-kegiatan yang bergerak ke arah proses informasi. Kondisi seperti ini mengundang pemekaran proses intelektual anak . Ide viaget tentang belajar dan mengajar dijelaskan oleh Wad Worth sebagai berikut : (1) mengajar adalah kreasi lingkungan : (2) tuntuntan situasi belajar berbeda menurut ti[e-tipe pngetahuan fisika, ilmu sosial, dan logika : (3) logika dan ilmu sosial lebih cepat dipelajari anak melalui teman-temannya karena lingkungan sosial tersebut merupakan sumber motivasi dan informasi dalam pembentukan bahasa dan pengembangan intelektual anak (Wadworth dalam joyc dan weil, 200:110-112).
Landasan pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang didasarkan pada paham konstruktivisme. Ensensi teori konstruktivisme adalah ide bahwa siswa harus secara individu menemukan dan mentransfer informasi-informasi kompleks apabila mereka harus menjadikan informasi itu miliknya sendiri. Teori konstruktivisme mengajukan peranan yang lebih aktif bagi siswa dalam pembelajarannya. Agar siswa dapat dapat membangung pengetahuannya sendiri, guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi bermakna dan relevan bagi siswa dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide dan mngajak siswa agar menyadari dan secara sadar menggunakan strategi mereka se3ndiri untuk belajar.
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Archievement Division)
STAD (Student Team Archievement Division) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi, dan agar saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Pada proses pembelajarannya melalui lima tahap,yang meliputi :
1)    Tahap penyaji materi
Pada tahap ini guru menyajikan materi, sering kali berupa pengajaran langsung atau diskusi yang dipimpin oleh guru.
2)    Tahap kegiatan kelompok
Kelompokn terdiri atas 4 atau 5 orang siswa yang merupakan gabungan cross-section yang dinilai berdasarkan prestasi akademik, jenis kelamin serta ras atau suku. Fungsi utama kelompok adalah untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok belajar dan lebih khusus lagi untuk mempersiapkan anggota kelompoknya agar bisa mengerjakan tes.
3)    Tahap tes individual
Untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran, diadakan tes secara individual. Tes dikerjakan secara mandiri, hasil tes digunakan untuk mengetahui nilai perkembangan individu yang akan disumbangkan sebagai nilai kelompok.
4)    Tahap perhitungan skor perkembangan individu adalah untuk memberikan motivasi kepada siswa agar mereka lebih kuat lagi belajar dari sebelumnya.
5)    Tahap pemberian penghargaan kelompok
Penghitungan nilai kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan masing-masing nilai perkembangan individu dalam kelompok dan hasilnya dibagi dalam jumlah anggota dalam kelompok sehingga mendapatkan skor rata-rata.  

Rabu, 22 Februari 2012

RHYME IN PEACE

Kabut lalu, pergi dengan mataharimu
Tangan melambai
Teriak bersatu menyeru
Tapi tak satu suara membalas mati berat menindih

Laut bergemuruh, ombak menggunung, dan angin kencang menerjang
Alunan nafas seakan menghilang berhamburan
Suaranya yang pergi terus meninggi
Melepas nafas jatuh ke bumi

Kabut-kabut sukma melambai
Mega dan langit tersenyum membuka pintunya
Kata-kata penghabisan meminta tenaga
Mimpi yang indah patah dan melebur bagaikan abu dan debu

Langit menunjukan jalan
Jalan kosong yang tak kunjung bertepi
Jiwa diatas roda dihela waktu
Mimpi terpendam di alam beku