Keterampilan berbahasa ada
empat yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan
tersebut saling berhubungan sehingga menjadi catur tunggal. Berbicara merupakan
proses berpikir dan bernalar agar pembicaraan seseorang dapat diterima dan
dipahami dengan baik oleh orang lain atau penyimak. Keterampilan berbicara mempunyai
kaitan erat keterampilan mrenyimak. Keduanya merupakan satu kesatuan yang padu.
Seseorang dapat berbicara dalam arti menanggapi tuturan dari orang lain tentu
melalui menyimak dan sebalikanya seseorang dapat melakukan kegiatan menyimak
apabila ada orang yang berbicara.
Keterampilan berbicara sangat
berperan dalam kehidupan manusia di lingkungan sekolah, kerja, pergaulan, dan
bermasyarakat. Peran penting penguasaan keterampilan berbicara sangat tampak di
semua lingkungan . hampir dapat dipastikan setiap orang yang sukses pasti
memiliki kemampuan berbicara yang baik. Hal itu terjadi karena memang berbicara
merupakan hal yang sangat penting dalam pencapaian cita-cita. Seorang presiden
pastilah orang yang pandai dalam berbicara, seorang pemuka agama pastilah juga
mempunyai kemampuan berbicara yang baik, seorang guru pun dituntut untuk dapat
berbicara dengan baik agar siswa dapat menerima pelajaran dengan baik.
Kesulitan yang dialami siswa
dalam berbicara dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor pada
diri siswa yaitu pemahaman siswa masih kurang terhadap keterampilan berbicara,
dan sikap siswa yang meremehkan kegiatan berbicara. Selain itu, faktor guru
juga sangat berpengaruh khususnya dalam proses pembelajaran. Melihat pentingnya
kemampuan berbicara dalam kehidupan sehari-hari tentulah dalam membelajarkan
kemampuan berbahasa aspek berbicara diperlukan metode dan atau model
pembelajaran yang bervariasi. Kevariasian ini dilakukan untuk menemukan model
yang paling cocok doterapkan pada siswa tertentu dan dalam kondisi tertentu
pula. Salah satu model pembelajaran yang mungkin dapat digunakan untuk
meningkatkan keterampilan berbicara anak adalah model pembelajaran debat.
Model pembelajaran debat
merupakan model pembelajaran berbicara yang tidak hanya monoton satu arah.
Model pembelajaran debat mengarahkan siswa untuk berbicara dengan beradu
argumen dari dua kelompok yang telah diatur untuk selalu beda pendapat,
kelompok pertama diminta untuk selalu setuju ( kelompok pro ) terhadap masalah
yang diberikan sedangkan kelompok yang kedua diminta untuk selalu tidak setuju
( kelompok kontra ) terhadap masalah yang diberikan. Dalam pelaksanaanya dua
kelompok tersebut akan mempertahankan pendapatnya sesuai apa yang telah di
setting.
Lebih jelasnya pembelajaran
model Debat dilakukan dengan pemberian materi berupa masalah yang sedang hangat
dibicarakan saat itu. Pertama-tama masalah yang akan diperdebatkan dibacakan dengan
pemberian beberapa ilustrasi yang sudah terjadi, kemudian siswa yang telah
dibagi menjadi dua kelompok diminta untuk memberi tanggapan, pertama kelompok
kontra diberi kesempatan untuk menolak atau tidak setuju dengan ilustrasi yang
diberikan dengan memberikan alasan-alasan yang logis dari berbagai sudut
pandang. Setelah itu kelompok pro diminta untuk menyanggah apa yang telah
disampaikan oleh kelompok kontra juga dengan pemberian alasan-alasan yang
logis. Proses debat tersebut dilakukan secara terus menerus sehingga siswa
benar-benar berfikir semaksimal mungkin kemudian mengungkapkanya di depan
forum. Untuk menghindari kebosanan kedua kelompok diadakan pertukaran posisi
dan permasalahan yang berbeda-beda, yaitu kelompok pro berubah menjadi kelompok
kontra dan begitu juga sebaliknya.
Dalam pelaksanaan model pembelajaran debat ini
sangat diperlukan seorang pembimbing untuk mengendalikan keadaan kelas, karena
apabila sudah terjadi perdebatan setiap kelompok tidak ada yang mau mengalah
dan semakin lama perdebatan akan semakin memanas sehingga kehadiran seorang
pembimbing sangat diperlukan. Siswa dilatih mengutarakan pendapat/pemikirannya
dan bagaimana mempertahankan pendapatnya dengan alasan-alasan yang logis
dan dapat dipertanggungjawabkan. Bukan berarti siswa diajak saling bermusuhan,
melainkan siswa belajar bagaimana menghargai adanya perbedaan.Yang diharuskan
bagi para peserta debat adalah tidak diperkenankan menggunakan kata-kata yang
kasar atau tidak baik agar siswa terlatih untuk berbicara dengan baik dan teratur.
Langkah-Langkah Pembelajaran
Langkah-langkah penerapan pembelajaran model ini
yaitu pertama-tama siswa diberi tahu tentang aturan main dari model debat ini.
Siswa dibagi dalam dua kelompok besar, yang terdiri dari kelompok pro dan
kontra. Setelah kelompok dibagi, guru menjelaskan tentang kompetensi dasar yang
akan dipelajari. Proses pembelajaranya dimulai dengan pemberian masalah berupa
informasi kontroversial yang sedang hangat dibicarakan dengan memberikan
ilustrasi terhadap masalah tersebut kemudian salah satu kelompok diberi
kesempatan memberi tanggapan terhadap ilustrasi tersebut, setelah itu kelompok
yang satunya diberi kesempatan untuk menyanggah pendapat dari kelompok yang
satunya. Kegitan tersebut di ulang terus secara bergantian dan peran kelompok
juga dirubah dari yang semula kelompok pro menjadi kelompok kontra dan
sebaliknya juga.
Langkah-langkah pembelajaran yang dapat ditempuh
dalam model pembelajaran ini misalnya sbb:
1. Pembacaan informasi/masalah yang akan
diperdebatkan.
2. Menyuruh kelompok kontra untuk menanggapi
informasi tersebut, tentunya dalam bentuk sanggahan.
3. Menyuruh kelompok pro untuk menanggapi pernyataan
dari kelompok kontra.
4. Kelompok kontra kembali menyanggah untuk mempertahankan
pendapat mereka, dan kelompok pro
pun mempertahankan pendapat mereka dengan berbagai argumen yang dimiliki.
5. Setelah dirasa cukup, kelompok diadakan
pergantian yaitu kelompok pro diubah menjadi kelompok kontra, dan sebaliknya.
6. Pembacaan masalah lain yang harus ditanggapi
oleh tiap kelompok dan seterusnya.
7. Setelah kegiatan debat selesai siswa diminta
menanggapi dan mengevaluasi cara penyampaian pendapat yang diberikan oleh siswa
dalam kegiatan debat tersebut.
8. Guru yang bertindak sebagai pembimbing di sini
juga memberikan evaluasi terhadap kegiatan dan cara mengemukan pendapat siswa
dalam kegiatan debat.
Dalam pembelajaran berbicara dengan model debat
akan lebih menarik apabila pembimbing dapat menguasai emosi peserta. Dengan
pembimbing mengguasai emosi peserta dia akan mudah membuat debat tersebut
menjadi sangat menarik, menyenangkan, dan ramai. Selain itu dia juga dapat
dengan mudah merangsang siswa untuk berpikir kritis dan spontan yang kemudian
ditindaklanjuti dengan pengungkapan secara lisan yang secara langsung
merangsang kemampuan berbicara anak. Dengan sering diadakanya kegiatan ini
siswa akan menjadi terbiasa untuk berbicara secara terstuktur dan terkonsep
dengan baik.
Keunggulan dari metode debat ini Siswa
akan terlatih dan terbisa mengutarakan pendapat/pemikirannya dan mempertahankan
pendapatnya dengan alasan-alasan yang logis dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Kelemahan dari metode debat tersebut
peserta/mahasiswa akan terpancing emosi dan Kesulitan pokok yang
dihadapi siswa dalam berbicara adalah menghubungkan berbagai ide yang dimiliki
untuk membangun suatu pemahaman dan penyampaian yang baik dan menarik.